Selasa, 17 Mei 2011

Ikhtisar Novel Di Kaki Bukit Cibalak

Di halaman Balai Desa telah banyak berkumpul warga Desa Tanggir. Hari ini adalah pemilihan luran baru, setelah lurah lama diberhentikan Sekda Kabupaten karena telah menjual sapi milik desa. Pak Dirga dan Pak Badi adalah dua orang calon terkuat dalam pemilihan lurah desa Tanggir. Pak Badi adalah pemilik ijazah SMEP, memiliki sifat dermawan, dan berbudi pekerti luhur. Pak Dirga adalah warga desa yang pandai bermain bola, memiliki sifat luwes, pandai berjudi, dan gemar bermain istri.
Keluhuran budi, kearifan, dan kejujuran Pak Badi tidak memberikan nasib baik. Ia kalah, karena Pak Dirgalah yang terpilih. Pak Dirga terpilih karena ia berlaku curang dalam pemilihan tersebut.
Pambudi seorang pemuda desa berusia 24 tahun yang bekerja di lumbung koperasi merasa masygul atas terpilihnya Pak Dirga sebagai lurah baru di desanya. Hati Pambudi makin resah, dugaannya tentang kecurangan lurah baru memang terbukti.
Pambudi merasa menemukan jalan buntu. Akhirnya dia mulai berpikir untuk mencari pekerjaan lain. Keputusannya untuk meninggalkan pekerjaannya datang dua bulan kemudian. Seorang perempuan tua bernama Mbok Ralem datang meminta pertolongan kepada Pambudi dan Pak lurah. Mbok Ralem memiliki penyakit aneh di lehernya. Lurah Dirga dengan kejamnya tidak memberikan bantuan bagi Mbok Ralem. Peristiwa itu mengusik hati Pambudi dan akhirnya dia memutuskan untuk keluar dari Koperasi itu.
Pambudi mengajak Mbok Ralem untuk berobat ke Jogja dengan membawa surat keterangan tidak mampu dari pemerintahan setempat. Mbok Ralem diperiksa di rumah sakit. Benjolan di leher Mbok Ralem adalah kanker ganas. Uang yang dimiliki Pambudi tidak cukup untuk biaya operasi Mbok Ralem. Akhirnya Pambudi memiliki niat untuk meminta sumbangan dengan memasang iklan di Harian Kalawarta di Jogja.
Harian Kalawarta memasang iklan yang dipesan Pambudi di halaman pertama. Iklan tentang Mbok Ralem mendapat sambutan yang positif. Orang-orang mulai memberikan sumbangannya untuk Mbok Ralem. Mbok Ralem mulai dioperasi dan akhirnya dia sembuh. Pambudi mengajak Mbok Ralem ke kantor Harian Kalawarta. Di sana dia bertemu dengan Pak Barkah, pimpinan Harian Kalawarta. Mbok ralem diberikan uang satu juta lebih, bukan main girangnya Mbok Ralem.
Usaha Pambudi membawa Mbok Ralem berobat menuai reaksi negatif dari Pak Dirga. Ia merasa kecurangannya selama ini takut dibocorkan Pambudi kepada Harian Kalawarta. Pak Dirga memfitnah Pambudi menyelewengkan uang koperasi. Selain memfitnah Pak Dirga pun berusaha mengguna-guna Pambudi melelui bantuan eyang Wira, namun usahanya gagal karena orang suruhan Pak dirga tertangkap ketika akan membuang sesajen di rumah Pambudi. Pambudi pun tahu akan usaha dan kelicikan Pak dirga. Akhirnya dia memutuskan akan meninggalkan Desa Tanggir meskipun itu berat karena di desa itu hatinya tertambat pada seorang anak gadis yang bernama Sanis.
Pak Dirga menyukai Sanis, wanita yang disukai Pambudi. Pambudi memutuskan pergi ke Jogja. Di Jogja Pambudi memutuskan untuk melanjutkan kuliah sembari bekerja. Ia diterima bekerja di toko milik Nyonya Wibowo. Mulyani anak Nyonya Wibowo ternyata merasa tertarik terhadap Pambudi.
Pambudi mendapat tawaran dari Pak Barkah selaku pimpinan redaksi Harian Kalawarta untuk menjadi wartawan di Hariannya tersebut. Pambudi memutuskan keluar dari toko Mulyani dan pindah menjadi wartawan di Harian Kalawarta. Karir Pambudi di Harian tersebut sangat bagus.
Pak Dirga melamar Sanis, wanita yang disukai Pambudi. Sanis menjadi istri ke delapan Pak Dirga. Lamaran tersebut menyesakkan Bu Runtah, istri Pak Dirga. Bu Runtah mengguna-gunai Pak Dirga Melalui Eyang Wira. Pak Dirga berhasil menikahi Sanis namun ia tidak bisa berhubungan intim dengan Sanis karena pengaruh guna-guna Eyang Wira.
Kasus koperasi di Desa Tangir yang dulu menimpa Pambudi diangkat di Harian Kalawarta. Pambudi sendiri yang menulis kasus tersebut. Camat, Bupati, hingga Gubernur mengikuti tulisan tersebut. Mereka merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan kepemimpinan Pak Dirga selaku lurah Desa Tangir. Akhirnya Pak Dirga diberhentikan sebagai Lurah Desa Tangir. Sanis telah menjadi janda. Hadi, Lurah baru di Desa Tangir menyukainya. Akhirnya Sanis menjadi istri dari Hadi.
Mulyani semakin berhubungan dekat dengan Pambudi. Akhirnya mulyani mengutarakan cintanya terhadap Pambudi. Pambudi ternyata diam-diam juga menyukai Mulyani. Akhirnya kisah mereka berakhir manis bagi keduanya. 
Di Kaki Bukit Cibalak adalah sebuah novel karya Ahmad Tohari. Novel pertama yang ditulisnya dan terbit di Harian Kompas pada tahun 1977. Ahmad Tohari tidak pernah melepaskan diri dari hidup kedesaanya. Maka tidaklah mengherankan apabila hampir semua karyanya adalah lapisan bawah dengan latar belakang alam. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar