Rabu, 02 Maret 2011

Metode Kerja Kelompok

Metode Kerja Kelompok
Istilah kerja kelompok mengandung arti bahwa siswa-siswa dalam suatu kelas dibagi dalam beberapa kelompok baik kelompok yang kecil maupun kelompok yang besar. Pengelompokan biasanya didasarkan atas prinsip untuk mencapai tujuan bersama. Kerja kelompok memberikan siswa peluang lebih besar untuk berbicara.
      
Dalam konsep ini manusia sebagai makhluk sosial. Pada dasarnya manusia membutuhkan manusia lainnya untuk bekerja sama, berinteraksi, dan bekerja. Pengajaran interaktif ini menekankan interaksi dua pihak atau multi pihak. Dalam proses belajarnya interaksi ini terjadi melalui kelompok kerja yang dibentuk. Guru berperan menciptakan kelompok yang akan mendukung interaksi positif bagi siswa. Dalam pengajaran interaktif menekankan pada isi dan proses pendidikan secara sekaligus. Isi pendidikan terdiri dari masalah nyata yang aktual. Sedangkan proses berbentuk kegiatan belajar berkelompok yang mengutamakan kerjasama dan interaksi siswa.
       Pengajaran interaktif pada dasarnya berkaitan erat dengan teori dan proses komunikasi. Komunikasi adalah suatu proses dimana partisipan berbagi informasi untuk mencapai pengertian atau tujuan satu sama lain. Melalui kerja kelompok, siswa dirangsang untuk mampu berkomunikasi, dengan kata lain mampu menyebarluaskan gagasan, ide, karya sebagai sebuah produk inovasi. Kaitannya dengan pengajaran bahasa adalah siswa dirangsang untuk mengasah kemampuan berbahasa, dan mampu menciptakan iklim kreatifitas bagi dirinya sendiri.
       Hal yang senada juga dikemukakan oleh Lawrence Kincaid (1979 : 60-66) ia mengembangkan model komunikasi konvergen (convergence communication models), yang bercirikan adanya beberapa komponen utama yaitu : informasi (information), ketidakmenentuan (uncertainty), konvergen (convergence), saling pengertian (mutual understanding), saling menyetujui (mutual agreement), kegiatan bersama (colective action), dan hubungan jalinan (network relationship). Komunikasi adalah suatu proses konvergen dimana terjadi pembagian informasi untuk mencapai suatu tujuan.
       Dalam kebanyakan pengajaran tradisional, guru menjadi pusat dalam pembelajaran, hal ini sangat memungkinkan kesenjangan informasi yang siswa dapatkan. Selain itu, beberapa kelemahan mudah ditemukan dalam proses pembelajaran seperti ini. Salah satu diantaranya adalah kemampuan berkomunikasi siswa akan terhambat karena sempitnya ruang gerak siswa dalam mengeluarkan gagasan atau karyanya.
       Brown menawarkan sebuah konsep pembelajaran yang akan mampu membantu siswa untuk berani mengasah kemampuannya dalam mengeluarkan gagasan atau karyanya. Melalui pengajaran interaktif melalui kerja kelompok, Brown menawarkan beberapa keuntungan,  salah satunya adalah melalui kkelompok kerja pengembangan kemampuan berbahasa siswa akan lebih terasah, karena siswa diberikan ruang gerak yang lebih bebas.
       Keuntungan selanjutnya adalah rasa nyaman yang dirasakan siswa ketika mereka mencoba untuk berinteraksi dengan siswa lainnya. Siswa akan merasakan hal yang demikian karena mereka tidak akan merasa sungkan untuk berkomunikasi dengan siswa lainnya dibandingkan dengan gurunya sendiri.
       Keuntungan selanjutnya adalah peningkatan motivasi belajar siswa. Dengan adanya rasa nyaman ketika mereka belajar secara otomatis akan mempengaruhi motivasi belajar mereka. Selain peningkatan motivasi, tanggung jawab siswapun akan ikut terangkat, karena ketika mereka mengeluarkan gagasan maka mengharuskan siswa tersebut untuk mampu mempertahankan gagasanya tersebut.
       Pengajaran interaktif melalui kelompok kerja juga memberikan satu keuntungan khusus yaitu menampung perbedaan individu siswa kemudian mengolahnya menjadi satu kesatuan utuh untuk mencapai tujuan. Melalui pengajaran interaktif guru dapat mengenali dan memanfaatkan perbedaan individu melalui seleksi cermat kelompok kecil dan pemberian tugas yang berbeda kepada kelompok-kelompok besar. Dengan demikian, perbedaan kemampuan individu tersebut mampu tereliminir oleh anggota kelompok yang lain.
       Dengan beragam keuntungan yang telah ditawarkan bukan berarti akan mudah bagi guru untuk menerapkannya dalam pengajaran di kelas. Hal ini diakibatkan karena mereka merasa akan kehilangan kendali atau siswa hanya akan menggunakan bahasa ibu mereka ketika proses interaksi dalam kelompok.
       Kerja kelompok bukan berarti tanpa kelemahan atau keterbatasan. Beberapa kekhawatiran itu dapat difahami, tetapi sebenarnya kelemahan itu dapat diatasi ketika kerja kelompok digunakan dengan tepat serta tujuan yang jelas. Masalah pertama adalah guru tidak dapat mengendalikan kelas. Tak dapat dipungkiri dalam kegiatan kerja kelompok guru tetap harus berperan aktif, tetapi bukan kembali menjadi sumber dalam pembelajaran, namun menjadi fasilitator atau jembatan bagi siswa dalam proses pencapaian tujuan belajarnya. Hal ini sangat dimungkinkan ketika guru mampu ikut mengandalikan kinerja kelompok yang dibangunnya salam kelas.
       Masalah selanjutnya adalah ketika proses interaksi dalam kelompok siswa menggunakan bahasa ibu mereka. Jawaban dari masalah ini kembali kepada peran guru tersebut, guru harus pintar menempatkan siswa dalam kelompok yang heterogen, sehingga memungkinkan siswa akan menggunakan bahasa pemersatu.
       Timbul kekhawatiran yang muncul ketika menerapkan kelompok kerja yaitu kesalahan siswa akan diperkuat dalam kelompok kecil. Kekhawatiran ini sebenarnya kurang beralasan karena sebenarnya kelompok tersebut justru akan mampu berbagi informasi yang tepat dengan anggota kelompok yang lain sehingga seandainya ada kesalahan yang muncul salah satu diantara anggota kelompok pasti akan mencoba membenahinya, kemudian apabila kesalahan-kesalahan tersebut berulang maka peran guru sebagai fasilitator akan sangat dibutuhkan dalam proses ini.
       Ada kecenderungan siswa lebih suka bekerja sendirian. Hal ini memang sangat dimungkinkan dalam sebuah kelompok yang heterogen, terutama siswa usia dewasa. Guru harus peka terhadap hal ini. Guru harus bisa membantu siswa untuk melihat bahwa belajar bahasa tidak cukup bermain dengan kata-kata, tetapi mampu berkomunikasi dengan tepat, semakin sering siswa terlibat dalam komunikasi langsung maka kemampuan komunikasinyapun akan ikut terangkat.
       Kelemahan kerja kelompok berikutnya menurut Syaiful Sagala (2010:216) terbagi menjadi dua, yaitu, segi penyusunan kelompok, dan segi kerja kelompok. Dilihat dari segi penyusunan kelompok, kelemahan pertama yang akan ditemukan adalah sulitnya guru membuat kelompok yang homogen, baik intelegensi, bakat, minat, atau daerah tempat tinggal. Kelemahan selanjutnya adalah murid-murid yang dianggap oleh guru telah homogen sering merasa tidak cocok dengan anggota kelompoknya. Kelemahan terakhir dari segi penyusunan kelompok adalah pengetahuan guru tentang penyusunan kelompok itu kadang-kadang kurang mumpuni sehingga mengakibatkan kelompok yang dibentuk tidak akan mampu menghasilkan tujuan belajar yang optimal.
       Kerja kelompok masih memiliki kelemahan yang lain. Dilihat dari segi kerja kelompok, kelemahan pertama adalah pemimpin kelompok kadang-kadang sukar untuk memberikan pengertian kepada anggotanya, sulit untuk menjelaskan dan mengadakan pembagian kerja. Kelemahan selanjutnya adalah kadang-kadang anggota tidak mematuhi tugas-tugas yang diberikan oleh pemimpin kelompok. Kelemahan terakhir adalah dalam belajar bersama kadang-kadang tidak terkendali sehingga menyimpang dari rencana yang berlarut-larut.
       Kelemahan-kelemahan yang melekat dan akan ditemui dalam metode ini, bukan berarti tanpa solusi. Langkah-langkah untuk mengatasinya menurut, Syaiful (2010:217) antara lain adalah : (1) guru haruslah berusaha memperoleh pengetahuan yang luas dalam hal cara menyusun kelompok, baik melalui buku ataupun bertanya kepada mereka yang telah berpengalaman; (2) kumpulan data yang lengkap tentang siswa untuk menunjang tugas-tugas guru; (3) adakan tes sosiometri dan buatlah sosiogram dari kelas yang bersangkutan untuk mengetahui keadaan murid; (4) bimbingan terhadap kelompok harus dilakukan secara terus menerus; (5) usahakan agar jumlah kelompok itu tidak terlalu besar dan anggotanya dalam waktu tertentu berganti-ganti; dan (6) dalam memberikan motivasi haruslah menuju kompetisi yang sehat.
       Berbagai keuntungan yang ditawarkan sebelumnya belum tentu mampu direalisasikan apabila pada penerapannya di kelas guru tidak mampu merencanakan dengan hati-hati, melaksanakan dengan penuh ketelitian, mengawasi, dan menindaklanjuti dalam beberapa cara yang cermat.
       Untuk mampu mencapai keberhasilan dalam kerja kelompok dibutuhkan sebuah perencanaan yang matang. Setelah guru memilih jenis yang sesuai, guru juga harus mengikuti beberapa aturan teknik kelompok. Hal ini dimaksudkan agar dalam proses kerja kelompok siswa merasa nyaman serta mampu mengikuti alur pengajaran sesuai dengan tujuan yang diaharapkan.
       Setelah siswa dibagi dalam beberapa kelompok, guru harus mampu memerapkan tugas atau teknik yang sesuai bagi kelompok dan kedalaman materi yang direncanakan. Guru tidak mungkin menerapkan teknik bermain peran bagi materi penulisan puisi. Kembali peran guru sebagai manager dalam pengajaran ini sangat penting, dia harus pintar memilih teknik yang sesuai untuk diterapkan.
       Dalam proses kerja kelompok guru tidak bisa melepaskan begitu saja siswanya. Guru harus tetap menjadi fasilitator bagi siswanya, begitu juga dengan tugas yang diberikan. Setelah pemberian tugas bukan berarti tugas guru selesai, melainkan tetap berjalan hingga tujuan yang diharapkan mampu tercapai. Ketika proses penyelesaian tugas, siswa pasti dihadapkan dengan beberapa masalah serta kesalahan. Masalah dan kesalahan tersebut sepenuhnya menjadi tugas guru untuk mengatasinya, mengatasi bukan dalam arti memberikan jawabannya, tetapi membimbing siswa agar mampu memecahkannya bersama kelompok kerjanya.
Simpulan
Pengajaran bahasa interaktif merupakan sebuah terobosan dalam pengajaran bahasa. Selama ini siswa hanya disuguhi kegiatan ceramah oleh guru dalam kelas. Efek dari kegiatan tersebut adalah tidak merangsang kemampuan berkomunikasi siswa tersebut. Brown menawarkan sebuah pengajaran interaksi bahasa melalui kerja kelompok.
       Interaksi yang komunikatif ini merupakan kegiatan untuk mencapai kompetensi siswa dalam suasana yang kooperatif, interpretatif, dan saling berbagi cara pengungkapan. Kelas yang para anggotanya dapat berpartisipasi dan berinteraksi dengan baik akan berfungsi sebagai forum komunikasi. Tentunya forum komunikasi yang di dalamnya terdapat aktivitas dari segala  kemampuan siswa dalam membangun pengetahuan dan keterampilan berbahasa.
       Istilah kerja kelompok mengandung arti bahwa siswa dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil maupun kelompok besar. Pengelompokan ini didasarkan pada prinsip untuk mencapai tujuan bersama. Melalui kerja kelompok ruang gerak siswa akan semakin terbuka lebar, sehingga memberikan peluang lebih besar bagi siswa untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi mereka.
       Dalam kebanyakan pengajaran tradisional guru berperan sebagai pusat dalam pembelajaran, hal ini berbanding terbalik dengan pengajaran interaktif, karena guru tidak menjadi pusat melainkan sebagai fasilitator bagi siswanya.
       Banyak keuntungan yang ditawarkan dalam pengajaran interaktif, namun bukan berarti tidak memberikan celah kelemahan. Beberapa kelemahan tersebut akan mampu diatasi oleh guru selama ia mampu cermat dan teliti dalam pengajarannya. Bagaimana ia merencanakan dengan cermat, melaksanakan dengan teliti, mengawasi, dan mengevaluasi dengan tepat merupakan rangkaian proses yang tidak boleh terputus ketika guru melaksanakan kegiatan kerja kelompok siswanya di kelas. 
Daftar Rujukan
Brown.H.Douglas.1994.Teaching by Principle:an Interactive Approach to Language Pedagogy. London:Prentice Hall.
Brown.H.Douglas. 2008. Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa. Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta.
Hermawan, Asep., Darmawan, Deni., Supriadie, Didi., dan Wahyudin, Dinn. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung : Pedagogiana Press (halaman 61-62).
Mahsun, M S.2007. Metode Penelitian Bahasa:tahapan strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Purwanto, Ngalim M. 2002. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.
Sagala, Syaiful. 2010. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar